Jack The Giant Killer

Jack The Giant Killer

Sabtu, 02 Juli 2011

Top Movies on July 2011

Harry Potter and the Deathly Hallows – Part 2


Voldemort (Ralph Fiennes) telah berhasil mendapatkan Elder Wand setelah ia membongkar makam Dumbledore (Michael Gambon). Voldemort yakin kini tak ada lagi yang bisa menghalanginya. Harry Potter (Daniel Radcliffe) pun tak akan bisa berbuat apa-apa lagi sekarang.
Tanpa sepengetahuan Voldemort, Harry Potter ternyata melihatnya dari sisi lain. Harry tahu ia lebih baik mencari Horcruxes milik Voldemort daripada memburu Elder Wand. Masalahnya, salah satu Horcruxes ini ternyata ada di Hogwarts dan Harry, Hermione, dan Ron harus kembali ke tempat mereka mengawali perjalanan berbahaya ini. Celakanya, Voldemort pun menyusul ke Hogwarts dan berencana menghancurkan semua yang ada di sana.
Pertempuran pun tak bisa lagi dihindarkan. Entah sudah berapa banyak korban yang jatuh namun Voldemort tak akan berhenti sampai ia berhasil membunuh Harry Potter. Di saat-saat genting ini, sebuah misteri akhirnya terungkap. Bisa jadi, untuk mengalahkan Voldemort, Harry harus ikut jadi korban juga. Apakah ini akhir dari perjalanan hidup Harry Potter?


Captain America: The First Avenger


Secara fisik, Steve Rogers (Chris Evans) memang tak memadai untuk menjadi seorang tentara. Karena itu pula ia gagal. Pantang menyerah, Steve kemudian mendaftarkan diri menjadi bagian dari eksperimen militer yang dikenal dengan nama Project: Rebirth. Tujuan program ini adalah menciptakan prajurit super yang bakal diturunkan ke medan laga.
Dengan teknologi yang ada, pihak militer AS kemudian mengubah Steve Rogers menjadi prajurit super bernama Captain America. Sayangnya, pemerintah kemudian menganggap eksperimen ini sudah menghabiskan biaya terlalu tinggi dan karena itu tak rela kalau Captain America turun ke medan peperangan. Sebagai gantinya, Captain America lantas dijadikan maskot untuk meningkatkan semangat juang para prajurit.
Tak lama kemudian tersiar kabar kalau seorang anggota Nazi bernama Red Skull (Hugo Weaving) ternyata punya rencana jahat untuk menguasai dunia dengan menggunakan benda berkekuatan magis yang dikenal dengan nama Tesseract. Steve Rogers terpaksa turun tangan untuk memburu Red Skull dan menjadi orang pertama yang bergabung sebagai The Avengers.


Larry Crowne


Hidup Larry Crowne (Tom Hanks) bisa dibilang lancar-lancar saja. Meski tak bisa dibilang kaya tapi paling tidak Larry masih punya pekerjaan tetap. Kondisi baru berubah ketika tiba-tiba saja Larry harus kehilangan pekerjaannya. Bukan saja kehilangan pekerjaan, Larry juga seketika merasa kehilangan harapan.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah memulai semuanya dari awal. Larry Crowne pun memutuskan untuk kembali kuliah. Larry berharap di kampus nanti ia bisa menemukan kehidupan baru. Memang benar. Tak lama kemudian Larry Crowne sudah akrab dengan mahasiswa di kelasnya. Tidak banyak memang, karena kelas yang diikuti Larry Crowne hanya punya sepuluh orang mahasiswa.
Di saat yang sama, Larry Crowne juga mulai akrab dengan Mercedes Tainot (Julia Roberts), sang dosen cantik yang sepertinya sudah mulai kehilangan gairah mengajarnya. Kalau semula niat Larry kembali kuliah untuk menemukan hidup baru, kini ia sadar kalau sebenarnya masih ada orang yang lebih putus asa ketimbang dirinya dan bisa jadi misi Larry Crowne kali ini harus berubah.


Zookeeper


Griffin Kayes (Kevin James) mungkin tak menarik buat para wanita tapi buat binatang-binatang penghuni kebun binatang Franklin Park Zoo, Griffin adalah pria yang sangat perhatian. Karena itu, saat Griffin berencana mengundurkan diri, para binatang ini merasa sudah saatnya mereka membayar segala kebaikan Griffin dan membantu pria ini mendapatkan apa yang ia harapkan.
Griffin merasa bahwa pekerjaannya sebagai pengurus kebun binatang adalah penyebab utama kenapa ia tak pernah punya pacar. Kalau Griffin ingin mendapatkan wanita yang ia idam-idamkan, langkah pertama yang harus ia lakukan adalah mencari pekerjaan baru yang jauh lebih 'baik'. Sayangnya keputusan ini membuat binatang penghuni kebun binatang merasa resah.
Para binatang ini tak mau kehilangan Griffin. Mereka sudah menganggap Griffin sebagai bagian dari mereka. Karena perhatian Griffin pula para binatang ini merasa tak terkungkung meski mereka harus hidup di dalam kandang. Akhirnya, satu-satunya cara adalah membongkar rahasia mereka selama ini. Para binatang ini sebenarnya bisa berbicara layaknya manusia dan sudah saatnya mereka mengajari Griffin cara memikat lawan jenis cara binatang.


Winnie the Pooh


Sekali lagi Winnie the Pooh diangkat ke layar lebar. Kali ini Walt Disney Pictures memilih untuk menyajikan adaptasi dari karya A. A. Milne ini dalam bentuk animasi tradisional yang sepertinya mulai punah di era serba digital seperti sekarang ini. Ini memang bukan pertama kalinya kisah Winnie the Pooh di angkat ke layar lebar namun sepertinya kisah yang berawal di tahun 1926 ini masih punya cukup banyak penggemar.
Disney sepertinya belum siap melepas alur kisah utama yang ditawarkan film animasi berjudul singkat, WINNIE THE POOH ini. Yang ada hanyalah potongan-potongan adegan yang dirangkai menjadi sebuah trailer yang sudah tersaji di situs resmi film ini. Dari adegan yang terlihat sepertinya film ini masih akan beredar di sekitar karakter Winnie (Jim Cummings) sendiri meski adegan dari kisah THE HOUSE AT POOH CORNER sepertinya juga dimasukkan.
Yang pasti, akan ada kisah Eeyore (Bud Luckey) kehilangan ekornya dan sahabat-sahabat baiknya pun berusaha mencarikan pengganti ekor buat Eeyore yang malang ini. Stephen Anderson dan Don Hall akan bertugas sebagai sutradara dari film yang naskahnya ditulis oleh tim yang dikepalai oleh Burny Mattinson.


Snow Flower and the Secret Fan


Film ini dimulai pada abad ke-19 di Cina, dua gadis bernama Snow Flower (Jennifer Lim) dan Lily (Christina Y. Juni) yang tergabung bersama untuk selamanya. Mereka diisolasi oleh keluarga mereka dan berkomunikasi dengan menulis dalam bahasa rahasia. Kemudian, pada masa sekarang di Shanghai, mereka berjuang dengan keintiman persahabatan masa kecil mereka sendiri. Kemudian, mereka harus memahami kisah seperti koneksi leluhur,yang tersembunyi dari mereka di lipatan kipas sutra yang antik berwarna putih, atau kehilangan satu.


Friends with Benefits


Dylan (Justin Timberlake) dan Jamie (Mila Kunis) berpikir akan mudah untuk menambahkan tindakan seks sederhana untuk persahabatan mereka, berdasar pada  komedi romantis Hollywood yang mereka percaya. Mereka segera menemukan, bagaimanapun, bahwa tindakan yang berhubungan fisik benar-benar selalu mengarah pada komplikasi.


Cowboys & Aliens


Di Arizona pada tahun 1873, seorang penyendiri bernama Jake Lonergan (Daniel Craig) terbangun tanpa ingatan masa lalunya dan terbelenggu gelang misterius di sekitar pergelangan tangannya. Dia memasuki kota Absolution mana dia belajar bahwa ia adalah seorang penjahat terkenal yang diinginkan oleh banyak orang, termasuk Kolonel Dolarhyde (Harrison Ford), yang memerintah kota tersebut. Absolution segera menghadapi ancaman yang lebih besar ketika pesawat ruang angkasa alien menyerang kota itu.


Crazy, Stupid, Love.


Kehidupan Cal Weaver (Steve Carell) dengan pekerjaan impian-baik, rumah yang bagus, anak-anak besar dan menikah dengan kekasih SMA-nya. Tapi ketika Cal belajar bahwa istrinya, Emily (Julianne Moore) telah berselingkuh, dia ingin bercerai, “sempurna” nya kehidupan cepat memburuk. Cal hanya menghabiskan malam yang bebas sendirian di sebuah bar setempat. Bagaimanakah seorang ayah memperbaiki pernikahannya dan hubungannya dengan anak-anaknya membawanya kembali ke tempat ia mulai (Membaik).


The Smurfs


Awalnya, para Smurf hidup tenteram dan damai di desa tercinta mereka. Tak ada pendatang yang pernah masuk ke desa Smurf sampai Gargamel (Hank Azaria) dan kucingnya berhasil menemukan desa tersembunyi ini. Karena ketakutan, para Smurf pun berusaha melarikan diri dan mencari tempat persembunyian yang aman.
Dalam keadaan panik Clumsy Smurf (Anton Yelchin) masuk ke dalam gua kecil yang sebenarnya adalah gua terlarang. Celakanya, beberapa Smurf lain ternyata malah mengikuti Clumsy Smurf masuk ke gua itu. Sebelumnya Papa Smurf (Jonathan Winters) sempat memperingatkan agar tak ada Smurf yang memasuki gua terlarang ini.
Ternyata, gua ini adalah sebuah portal yang mengantar para Smurf ini masuk ke dunia lain. Tanpa disadari, para Smurf ini terlempar ke New York dan tak bisa mencari jalan untuk pulang. Untungnya, para Smurf ini mendapatkan perlindungan di rumah pasangan Patrick Winslow (Neil Patrick Harris) dan Grace (Jayma Mays). Sambil berlindung, para Smurf ini berusaha mencari jalan untuk pulang ke desa mereka sebelum Gargamel berhasil menemukan mereka.

Perkembangan Terbaru Mengenai Film Impor


Apa yang dikhawatirkan sejak awal kisruh soal sengketa bea masuk impor film akhirnya terjadi juga.
Mulai dari soal kompromi tarif bea masuk, munculnya perusahaan impor film akal-akalan, belum juga dibayarnya tunggakan bea masuk oleh tiga importir film besar yang juga menguasai jaringan bioskop 21/XXI, dan belum diselesaikannya masalah setoran pajak penghasilan orang asing (withholding tax). Semua berkaitan. Namun, tulisan ini hanya mempermasalahkan dua soal saja: tampilnya importir baru dan kompromi tarif bea masuk.
Bertahun-tahun sebelum adanya sengketa tadi, tak pernah terdengar munculnya importir film baru. Dari daftar lolos sensor 2010, terdapat tujuh importir yang aktif. Kecuali tiga besar dari Grup 21 (Camilla Internusa Film, Satrya Perkasa Esthetika Film, Amero Mitra Film), empat lainnya “pemain pendamping” yang tak begitu berarti, apalagi berpengaruh. Tidak munculnya pemain baru karena memang pasar tak memungkinkan. Pasar film adalah bioskop. Kalau bioskop dikuasai/dimonopoli oleh importir/distributor dari grup yang sama, siapa yang mau merugi.
Anehnya, pasar monopolistik demikian ini didukung oleh Asosiasi Film Amerika Serikat (MPA)—yang konon jagonya pasar bebas—dengan memboikot peredaran filmnya sejak pertengahan Februari lalu. Lebih aneh lagi, MPA mendukung perusahaan yang jelas-jelas terkena kasus sengketa bea masuk/pajak. Sikap MPA ini bisa terbaca dengan tidak adanya usaha mengalihkan distribusi filmnya ke empat importir aktif lain yang ada (http://filmindonesia.or.id/post/film-mpa-segera-kembali, Lisabona Rahman, 2011). Perhitungan laba-rugi sesaat agaknya lebih penting daripada ideologi yang dianutnya.
Dalam kondisi demikian ini, tiba-tiba muncul enam importir baru. Satu di antaranya sudah mendapat izin, Omega Film. Perusahaan ini didirikan oleh Syaiful Atim dan Ahmad Fauzi sebagai direktur dan komisaris. Menurut istri Syaiful, seturut ucapan suaminya, jabatan itu hanya formalitas. “Namanya saja yang dicantumkan,” katanya.
Fakta ini dibenarkan Tri Rudi Anitio, Komisaris PT Camilla Internusa Film, yang dibekukan karena sengketa bea masuk itu. “Nama bisa siapa saja. Nanti kan tinggal diganti,” katanya (Tempo, Nomor 4017/27 Juni-3 Juli 2011). Syaiful Atim adalah pegawai lama Grup 21. Ia bekerja di sana mulai dari sopir pribadi hingga staf di bagian umum perusahaan itu.
Sikap “menyepelekan dan cenderung menghina” dari Anitio itu jelas menunjukkan bahwa kemungkinan dia bermasalah. Kalau dia “bersih”, mengapa harus menggunakan nama karyawannya untuk mendirikan perusahaan baru? Apalagi muncul ucapan Dirjen Bea Cukai, “Bukan hanya perusahaannya yang dilihat, tapi direksinya juga, jangan sampai ini hanya cara melarikan dari posisi tak boleh menjadi boleh, kalau sama dengan juragan-juragan yang lama ya tak boleh” (Kontan, 23 Juni 2011).
Ternyata Omega Film sudah lolos.
Lebih mengkhawatirkan lagi adalah bila MPA ternyata juga mendukung perusahaan-perusahaan baru ini. Sebab, itu berarti sifat monopolistik perdagangan/peredaran film di sini tidak akan berubah.
Perubahan inilah yang anehnya didukung oleh Kementerian Keuangan, seperti tampak dari pernyataan Menteri Keuangan, Kepala Badan Kebijakan Fiskal, maupun Direktur Jenderal Bea Cukai. Intinya adalah penyehatan dimulai dengan pemisahan importir/distribusi film dengan bioskop sesuai Undang-Undang Perfilman yang sekarang berlaku. Sayangnya, ini bukan domain Kementerian Keuangan, tetapi wilayah Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (http://filmindonesia.or.id/post/film-mpa-segera-kembali, Lisabona Rahman, 2011).
Kalau ini tak berubah, sama saja dengan memperpanjang “tradisi” importir film sebagai sapi perah yang dimulai sejak Menteri Penerangan BM Diah di awal 1970-an. Cita-citanya luhur: menggunakan dana dari impor film untuk mengembangkan industri film nasional. Cita-cita yang hanya jadi slogan tanpa pernah jadi kenyataan. Dan dana pun tidak pernah dipertanggungjawabkan secara terbuka.

Kompromi
Beberapa waktu lalu Menteri Keuangan sudah menyatakan bahwa tarif bea masuk impor film yang baru Rp 21.000-Rp 22.000 per menit/copy. Pengumuman resmi tarif baru ini belum dilakukan. Dengan lamanya waktu penetapan, dalam beberapa bulan bisa diduga terjadi tarik-ulur besaran tarif baru itu. Konon tarif itu adalah usulan dari Ikatan Pengusaha Impor Film yang disetujui oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Muncul pertanyaan, atas dasar apa penetapan tarif baru itu. Rudy Sanyoto, Wakil Ketua BP2N ikut mempertanyakan hal ini. “Usulan besaran tarif spesifik dari importir film tersebut masih mencerminkan upaya melegalisasi tax avoidance (penghindaran pajak) dengan polaunder invoice (penulisan di bawah kuitansi) yang telah dipraktikkan sejak 1996. Nilainya sangat rendah dan bertentangan dengan hasil audit Ditjen Bea Cukai,” kata Rudy. (http://filmindonesia.or.id/post/tarif-bea-masuk-tidak-berdasar)
Berdasarkan audit Bea Cukai, selama dua tahun terakhir tiga importir film besar tadi menunggak bea masuk Rp 31 miliar (10 persen dari Rp 310 miliar) untuk pengimporan 256 judul film dengan 5.635 kopi (rata-rata 22 kopi/judul). Dengan demikian, setiap judul/kopi nilai bea masuknya adalah lebih kurang Rp 5,5 juta. Kalau rata-rata satu film panjangnya 90 menit, berdasarkan nilai pabean hasil audit bea cukai itu tarif yang betul adalah Rp 61.000 per menit. Hasil audit Bea Cukai ini di bawah penghitungan pendapatan film-film MPA dengan menggunakan data boxofficemojo.com selama 2010: Rp 37,5 miliar (10 persen dari Rp 375 miliar untuk 65 judul/2.687 kopi).
Penghitungan dengan dasar hasil audit Bea Cukai sendiri ternyata tiga kali lebih besar dari yang menjadi ketetapan Menteri Keuangan. Rasanya, Menteri Keuangan sebaiknya memberikan penjelasan tentang dasar penghitungannya.

Oz: The Great and Powerful

Oz: The Great and Powerful